Terbatasnya akses terhadap pendanaan, serta infrastruktur yang tidak memadai, merupakan salah satu faktor utama yang menghambat berkembangnya ekosistem startup di Kenya, sebuah survei baru menunjukkan.
Laporan Indeks Ekosistem Startup Global 2024 terbaru yang diterbitkan oleh pusat penelitian sektor StartupBlink menunjukkan bahwa sebagian besar startup di Kenya juga menyebutkan kurangnya bimbingan sebagai penyebab buruknya kinerja mereka.
Tahun lalu, Kenya turun satu peringkat ke peringkat 63 secara global dalam peringkat destinasi ramah startup dan tetap mempertahankan peringkat ketiga di Afrika, pada saat Mombasa turun dari 1.000 kota pilihan teratas di dunia untuk investasi startup.
Namun pada periode yang sama, Nairobi mengalami peningkatan, naik 24 peringkat ke posisi 113 secara global, naik dari peringkat 137 tahun lalu, sementara Kisumu memulai debutnya di daftar 1.000 teratas global, setelah menempati posisi ke-985.
Meskipun terdapat tantangan yang muncul, laporan ini mengakui Kenya sebagai pusat teknologi inovatif yang signifikan yang terutama didukung oleh solusi-solusi baru seperti platform uang seluler Safaricom, M-Pesa.
“Status perintis Kenya sebagai ekosistem kontinental terkemuka bahkan lebih mengesankan mengingat populasinya yang relatif rendah dibandingkan negara-negara seperti Nigeria,” kata StartupBlink dalam laporan barunya. “Dengan akses terhadap perekonomian yang matang dan budaya kewirausahaan yang berkembang, Kenya menawarkan akses berbahasa Inggris yang kuat ke pasar Afrika.”
Kekuatan lain dari ekosistem Kenya, menurut laporan tersebut, mencakup keterlibatan luas sektor publik (baca pemerintah) dengan sorotan utama adalah pengembangan pusat teknologi Konza Technopolis di Machakos County.
“Selain upaya sektor publik, Nairobi adalah rumah bagi kantor regional raksasa teknologi global seperti Google, Microsoft, Samsung, dan Intel, yang menjadikan kota ini menarik bagi perusahaan rintisan teknologi. Selain itu, kehadiran akselerator seperti Antler dan Pangea Accelerator juga berkontribusi terhadap budaya startup,” bunyi laporan tersebut.