(Bloomberg) — Filipina untuk sementara waktu akan menghentikan pemrosesan permohonan baru untuk proyek energi terbarukan setelah negara tersebut mengubah peraturan di tengah membanjirnya kontrak seiring dengan upaya pemerintah mendorong energi ramah lingkungan.
Departemen Energi tidak akan meninjau permohonan selama lima bulan mulai tanggal 25 Juni sementara Departemen Energi meningkatkan sistem one-stop shop dengan penerapan pedoman baru sejak tanggal tersebut, katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
Negara Asia Tenggara ini saat ini memiliki 1.300 kontrak layanan energi terbarukan, setara dengan kapasitas potensial 62 gigawatt, kata Wakil Menteri Energi Sharon Garin dalam sebuah pengarahan.
“Jumlah ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kita di masa depan untuk mencapai target pemerintah sebesar 35% dan 50%,” kata Garin, mengacu pada porsi energi ramah lingkungan dalam bauran energi negara pada tahun 2030 dan 2040. Berdasarkan data terbaru pemerintah, energi terbarukan menyumbang 22% dari bauran energi nasional pada tahun 2022.
“Filipina kebanjiran investasi energi terbarukan,” katanya.
Manila mempunyai salah satu target paling ambisius di kawasan ini dalam hal meningkatkan porsi energi ramah lingkungan dalam pasokan listriknya yang saat ini didominasi oleh batu bara. Presiden Ferdinand Marcos Jr. mengatakan bulan lalu bahwa negaranya memiliki hampir 500.000 megawatt potensi listrik dari sumber-sumber seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi.
Perubahan peraturan akan memungkinkan badan tersebut “menyaring perusahaan-perusahaan yang serius dan sah” yang bertekad untuk membangun proyek mereka tepat waktu, kata Garin.
Berdasarkan pedoman baru, departemen energi akan mengizinkan pengembang untuk memulai pemrosesan izin, melakukan survei, dan kegiatan kelayakan lainnya sebelum kontrak 25 tahun mereka dimulai. Sebelumnya, kegiatan seperti itu hanya diizinkan setelah kontrak disetujui dan ditandatangani oleh Menteri Energi, kata badan tersebut.
Badan tersebut juga mengatakan telah menyederhanakan proses insentif impor bebas bea. Pedoman ini akan memungkinkan pengembang untuk mengajukan kontrak tambahan dan berpotensi menikmati perpanjangan jangka waktu kontrak dan insentif investasi guna meningkatkan kapasitas, tambahnya.
“Permohonannya lebih ketat namun tunjangan bagi mereka untuk menyelesaikan dan memperluas proyek mereka lebih besar bagi investor yang sah dan serius,” kata Garin.
Bagikan artikel ini di jejaring sosial Anda